Senin, 30 November 2009

what is personality...?


Apakah kepribadian itu..?
pertanyaan ini diajukan oleh seorang Syaikh pada sebuah muhadaroh di lembang (29Nov2009) yang saya ikuti...
Mendengar pertanyaan itu, seketika saya merasa seperti berada diruang kuliah... beberapa orang berusaha menjawab... disaat yang bersamaan saya berusaha untuk men recall info itu dalm long term memory-ku... tapi belum lagi info itu kutemukan... seorang peserta menjawab kepribadian adalah 'sifat' dan syaikh menyatakan 'benar'...

seketika hatiku menolak.. idealismeku sebagai mahasiswa psikologi memuncak.. tidak-tidak.. personality bukan sifat... hatiku berkata.. tapi, personality yang sebeanrnya pun belum benar2 kupahami.(ntah apa sj yg kulakukan slm kuliah ini, ckckck)..

tuliasan ini bukan bentuk penolakan terhadap jawaban syaikh , krn ku yakin beliu punya ilmu dan pemahaman yg jauh dibandingkan diri ini.. bukan juga bentuk perbandingan antara ilmu ad-din ini dgn ilmu modrn psikologi...

tulisan ini hanyalah bentuk katarsis dari idealitasku yang tertahan tanpa maksud menentang...

berikut adalah artikel mengenai Pengertian Kepribadian Menurut Awam dan Psikologi. sumber: http://www.psikologizone.com/pengertian-kepribadian-menurut-awam-dan-psikologi


Dalam kajian psikologi, kita akan mengenal sebuah obyek pembahasan yang dikenal dengan psikologi kepribadian. Tetapi, bagaimanakah perbedaan arti kepribadian bagi masyarakat awam dengan kajian yang dilakukan oleh psikologi. Berikut adalah penjelasannya.

Kepribadian menurut pengertian sehari-hari

Kata personality dalam bahasa inggris berasal dari bahasa latin: persone, yang berarti kedok atau topeng. Dimana hal ini selalu dipakai pada zaman romawi dalam melakukan sandiwara panggung. Lambat laun kata persona (personality) berubah istilah yang mengacu pada gambaran sosial tertentu yang diterima individu dari kelompok atau masyarakat.

Sehingga kemudian individu diharapkan akan berperilaku sesuai dengan peran atau gambaran sosial yang diterimanya. Pengertian ini biasanya muncul dengan ungkapan seperti: “Didi berkepribadian pahlawan.” Atau “Dewi berkepribadian kartini sejati.”

Disamping itu kepribadian sering diartikan dengan ciri-ciri yang menonjol pada diri individu, seperti kepada orang yang pemalu dikenakan atribut “berkepribadian pemalu”. Kepada orang supel diberikan atribut “berkepribadian supel” dan kepada orang yang plin-plan, pengecut, dan semacamnya diberikan atribut “tidak punya kepribadian”.

Dari penjelasan diatas bisa diperoleh gambaran bahwa kepribadian, menurut pengertian sehari-hari atau masyarakat awam, menunjuk pada gambaran bagaimana individu tampil dan menimbulkan kesan bagi individu-individu yang lainnya.

Anggapan seperti ini sangatlah mudah dimengerti, tetapi juga sangat tidak bisa mengartikan kepribadian dalam arti yang sesungguhnya. Karena mengartikan kepribadian berdasarkan nilai dan hasil evaluatif. Padahal kerpibadian adalah sesuatu hal yang netral, dimana tidak ada baik dan buruk. Kepribadian juga tidak terbatas kepada hal yang ditampakkan individu saja, tetapi juga hal yang tidak ditampakkan individu, serta adanya dinamika kepribadian, dimana kepribadian bisa berubah tergantung situasi dan lingkungan yang dihadapi seseorang.

Kepribadian menurut psikologi

Pengertian kepribadian menurut disiplin psikologi bisa diambil dari rumusan beberapa teoris kepribadian terkemuka. Gordon Allport, merumuskan kepribadian adalah organisasi dinamis sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan karakteristik perilaku dan pikirannya.

Seperti yang dikisahkan Feist & Feist, Allport memilih tiap frase dalam mendefinisikan dengan hati-hati, sehingga benar-benar menyatakan apa yang ingin ia katakan.

Istilah ”organisasi dinamis” menunjukkan suatu integrasi atau saling keterkaitan dari berbagai aspek kepribadian. Kepribadian merupakan sesuatu yang terorganisasi dan terpola. Bagaimanapun, kepribadian bukan suatu organisasi yang statis, melainkan secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.

Istilah ”psikofisik” menekankan pentingnya aspek psikologis dan fisik dari kepribadian. Kata ”menentukan” dalam definisi kepribadian menunjukkan bahwa kepribadian ”merupakan sesuatu dan melakukan sesuatu”. Kepribadian bukanlah topeng yang secara tetap dikenakan seseorang; dan juga bukan perilaku sederhana. Kepribadian menunjuk orang di balik perilakunya atau organisme di balik tindakannya.

Dengan kata ”karakteristik” Allport ingin menunjukkan sesuatu yang unik atau individual. Kepribadian seseorang bersifat unik, tidak dapat diduplikasi (ditiru) oleh siapa pun. Kata ”perilaku dan pikiran” secara sederhana menunjuk pada sesuatu yang dilakukan oleh seseorang, baik perilaku internal (pikiran-pikiran) maupun perilaku-perilaku eksternal seperti berkata-kata atau tindakan.

Berdasarkan penjelasan Allport tersebut kita dapat melihat bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) yang merupakan suatu struktur dan sekaligus proses. Jadi, kepribadian merupakan sesuatu yang dapat berubah. Secara eksplisit Allport menyebutkan, kepribadian secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.

Meskipun mengalami perubahan, kepribadian merupakan karakteristik yang relatif stabil. Hal ini sesuai penjelasan Allport bahwa kepribadian merupakan sesuatu yang terorganisasi dan terpola.

Pandangan orang secara umum mengenai kepribadian sebagai sesuatu yang ajek, konsisten, dan tidak berubah, tidak sepenuhnya salah. Namun, perlu diingat bahwa keadaan yang relatif stabil itu juga mengalami pertumbuhan dan perubahan.

Daftar Pustaka

Sujanto, Agus, Lubis, Halem, Hadi, Taufik. 2006. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara
Koeswara, E. 1991. Teori-teori Kepribadian. Bandung: Eresco
Feist, Jess & Feist, G. J. (2006). Theories of Personality, Sixth ed. Boston: Mc-Graw Hill.

Jumat, 27 November 2009

ajari aku

Ya Rabbi.., ajari aku makna hidup ini..
ajari aku harti kehidupan ini...
ajari aku hakekat keberadaanku disini...
agar dapat kupenihi perintahMu..
agar dapat kupelajari syari'atMu..
agar dapat ku amalkan 'ilmuMu..

agar aku dapat menjadi hamba kebangganMu..
agar kelak aku mampu dan sanggup menghadapMu..
hingga kenikmatan terbesar itu kuraih..
saat tabir antara KIta tersingkap...

_aamien

-Jtngr, 8okt09 13.50-

tulisan diatas.. saya tulis saat sedang menunggu pesanan di kantin kampus..
saat itu, selayaknya kantin pada umumnya.. ramai, sesak dengan manusia dengan berbagai rupa, latarbelakang, style,.. tapi semuanya berkumpul jadi satu, antri untuk satu tujuan yg sama, yaitu memnuhi need of physiologis (makan)..

ada yg sambil ngobrol, tertawa, nyanyi, ada yg 'autis' dgn laptopnya, ada yg berkonsentrasi dgn hidangan didepannya, ada pula yang sibuk menulis atau membaca (spt yg saya lakukan saat itu..).

pemandangan ini mungkin sangat biasa, terlalu biasa.. tapi, ntah mengapa hari itu.. diri ini bgtu 'sensitif' dgn suasana tersebut.. mata ini tak berhenti mengamati sekitar sedang hati dan pikiran ini 'sibuk' mengolah dan mempersepsi sgl sensasi yang ditangkap oleh indraku yang peka saat itu...

tiba-tiba pertanyaan itu terbersit..
"apa yang aku lakukan disini..?"
"apa yg aku cari..?"
mengapa semua org seakan2 sibuk untuk hal yg mereka kejar (ntah apa itu..).
sedang aku..? apa yang aku kejar..?
apa yg kutuju...?
bukan.. bukan.. aku tdk tahu apa tujuan.. apa inginku..
tapi, aku kuatir.. aku lupa.. lupa akan keberadaanku.. lupa akan 'ada dan mengadanya' diriku...

apa aku sudah berjuang untuk mencapai tujuan itu..?
untuk memenuhi 'tugasku'..?
siapkah aku untuk sebuah pertanggungjawaban...?
tidak..tidak..
aku belum siap Ya Rabb..
tidak..tidak,, jgn sekarang yah Rabb..
aku blm sangup..sungguh belum...

tpi, mampukah aku menunda jika Engkau tlah berkehendak...?

aku mencoba.. sekali lagi dan sekali lagi.. untuk memecut diri ini.. bahwa begitu banyak yang aku emban (atau lebih tepatnya Engkau embankan padaku).. namun, belum ada satupun kupenuhi dgn sungguh-sungguh.. krn riya, ujub dan takabbur bgt akrab denganku.. astagfirullah...

aku tau waktuku tidak akan pernah cukup untuk memenuhi segala 'tugasku'..
karenanya aku sangat berharap.. keridhoanMu dari sekeciiil apapun amalku..
hingga kelak tak pernah ada penyesalan...

Rabbi, ajari aku...

Kamis, 26 November 2009

...hikmah pagi ini


Allahuakbar..allahuakbar..allahuakbar... lailaha illahuallahuakbar...

Dipagi yang penuh berkah. PAda hari yang begitu istimewa (jum'at). Takkalah seluruh manusia dari berbagai suku, latarbelakang, status sosial, bersama-sama berkumpul sujud dimerendahkan diri dihadapanNya... menjalankan perintahNya, dengan meneladani kisah yang luarbiasa dari sosok yang super luarbiasa, anak yang super sabar, dan istri yang super tabah. Sebuah keluarga yang dibangun diatas pilar keimanan dan ketaqwaan semata-mata karenaNYa..

begitu pula diri ini..
duduk diantara beribu jama'ah yang juga sedang berlomba meraih ridhaNya.. menghinakan diri, tunduk, patuh pada Sang yang Maha Perkasa...

Allahuakbar..allahuakbar..allahuakbar... laailaaha illahuallahuakbar...
Takbir terus menerus membehana.. mengisi ruang langit jatinangor yang saat itu sedikit mendung, menambah nuansa syahdu pagi ini...

grrr...grrrr...grrr....
tiba-tiba HPku bergetar.. 'memalingkanku' dari suasana yg sedang kunikmati...
sebuah sms dari seorang adik kelas di kampus yg juga salah seorang adik mentor..

"Aslm.. te2h,gmn carax kalau kl kita mau bertobat dari dosa yg terus menerus dilakukan? te2h punya note ttg itu gk teh..? Jz y teh.. mhon maaf lahir batin..."


deg...
sms itu tiba2 menohok dada ini...
sbuah sms yang seakan2 ditujukan untuk diri ini.. diri yang sering lupa...
ntah kapan terakhir kali diri ini bertobat.. tobat dengan sebenar2 tobat...
kalau hanya sekedar ucapan 'astaghfirullah'.. mgkn sudah biasa kita sebutkan.. terlalu biasa sampai2 esensi dari kalimat itu lewat beitu saja, mejadi sekedar ucapan dibibir.. bukan ucapan yg lahir dari qalbu yang takut..

Alhamdulillah Ya Rabb..
Engkau menegur lagi melalui saudariku ini...
Rabbi.. jangan pernah berhenti untuk mengingatkan jiwa yg sering khilaf dan lemah ini...



berikut artikel ttg taubat yg dicopas dari blog http://innersounds.blogspot.com/2005/12/artikel-taubat.html

Taubat berasal kata taaba – yatuubu – taubatan yang secara bahasa berarti kembali, kembali yang bagaimana? Yakni, kembalinya seorang hamba kepada Tuannya dari segala perbuatan dosa yang pernah dilakukannya baik secara sengaja atau tidak sengaja, dahulu, sekarang dan yang akan datang. Siapakah Tuannya? Yaitu, Allah swt. Dari makna tersebut bisa kita pahami bahwa dengan bertaubat secara sungguh-sungguh (tidak akan mengulangi lagi perbuatan dosa) maka segala dosa-dosa yang pernah dilakukan akan hilang atas ampunan dari Allah swt.

Untuk dosa-dosa kecil, itu bisa dihapus dengan amalan-amalan saleh. Maka untuk dosa-dosa besar seperti syirik, zina, membunuh, dan lainnya hanya bisa dihapus dengan taubat (QS 4: 48). Dengan begitu, taubat berarti memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan seorang hamba dalam perbaikan dirinya menuju yang lebih baik.

Menurut Syech al-Nawawi, jika dosa yang dilakukan itu berada dalam koridor hubungannya dengan Allah swt, maka ada tiga syarat yang harus dipenuhi agar taubatnya diterima, yaitu:
1. Meninggalkan perbuatan dosa tersebut
2. Menyesal karena telah melakukannya
3. Berjanji untuk tidak mengulanginya lagi
Namun kata beliau, jika dosa yang dilakukan itu terhadap sesama manusia, maka harus ditambah dengan syarat yang ke-empat, yaitu mengembalikan atau memenuhi hak orang yang disakiti tersebut.

Taubat harus dilakukan dengan segera tanpa menunggu ajal menjelang. Taubat yang dilakukan ketika nyawa sudah dikerongkongan merupakan taubat yang sia-sia. Firman Allah swt, "Sesungguhnya taubat di sisi Allah swt, hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera. Maka, mereka itulah yang diterima Allah swt, taubatnya; dan Allah swt, Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah taubat itu diterima Allah swt, dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan, ‘Sesungguhnya saya bertaubat sekarang’. Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedangkan mereka didalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih". (QS an-Nisaa : 17-18).

Dalam hadis sahih riwayat Muslim, Rasulullah saw, bersabda, "Wahai manusia, bertaubatlah kalian kepada Allah swt, dan mintalah ampunan-Nya, karena aku pun bertaubat kepada-Nya dalam sehari, seratus kali." (HR. Muslim).

Ketika seseorang telah melakukan suatu taubat maka hatinya akan bersih, bersih dari segala sifat-sifat yang bisa membawanya kedalam jurang Neraka. Taubat juga merupakan sumber kedamaian dan ketenangan hati. Dan, dari ketenangan itulah semoga muncul solusi dari segala problematika hidup yang kita hadapi. Maka, marilah kita awali hari-hari kita dengan bertaubat kepada-Nya. Wallahu a'lam.

F.I.T.N.A.H

Aku tak ingin menjadi fitnah..
Tidak bagimu dan kaummu..

Aku tak ingin menjadi fitnah..
Yang mendatangkan murkaNya..
padamu terlebih untukku..

Sungguh..
Aku tak ingin menjadi fitnah..
Yang menyebabkan Dia cemburu padamu karenaku..

ada apa dibalik Nasehat?


Hari ini, seorang sahabat tiba-tiba menyapa lewat chatt....

My : phe, tolong beri aku satu nasehat...?
Me : Nasehat....?
My : iya,.
me : Hmmm... apa yah.. qul amantu billahi tsummastaqim...
my : oke.. makasih yah..
me : sebenarnya itu nasehat buat aku pribadi loh, (dalam hati)...

Yah.. obrolan diatas mungkin suatu hal yang sangat biasa atau mungkin sering kita alami.. "nasehatnya dong..?" diantara kita mungkin pernah disodorkan pertanyaan itu, lalu apa yang ada dalam benak kita ketika pertanyaan itu datang..?. Bukan jawaban dari pertanyaan itu yang ingin saya bahas. tapi, mari coba kita cermati sesuatu dibalik pertanyaan itu..
Sadar atau tidak terkadang jawaban yang kita berikan justru merupakan 'gambaran' dari diri kita sendiri (walaupun nasehat itu ditujukan untuk lawan bicara). Dalam ilmu psikologi aliran psikoanalisis, hal ini yang biasa disebut sebagai proyeksi, yah selayaknya cermin. Proyeksi merupakan salah satu bentuk defense mecahnism yang berfungsi untuk 'menyelamatkan' ego kita dari ancaman. Sederhananya, bila kita sedang benciiii banget sama seseorang, tapi tidak bisa kita katakan, terkadang kita mengatakan bahwa si X sebenarnya kesel loh ma dia (padahalnya kita yang kesel !!). Nah, begitu juga terkadang kita mengatakan sesuatu yang kita tujukan untuk orang lain padahal itu merupakan proyeksi/pentulan dari perasaan atau kondisi kita sendiri dan sering kali hal ini terjadi secara unconsciousness
Okeh, balik lagi ma topik kita.. Jadi, pada dasarnya kita bisa mengetahui 'kondisi' teman kita dengan jawaban/nasehat yg dia berikan untuk kita...

Tapi, ingat yah kawan.. jangan sampai kita sibuk 'menebak' apa yang ada dibalik nasehat yang diberikan hingga lupa akan hakekat nasehat untuk diri kita sendiri (gini nih kalau terlalu lama 'tercelup' dgn psikologi, huh) walau hal ini juga bermanfaat untuk lebih 'memahami' saudara/teman kita...

Karena hakekatnya agama ini adalah nasehat,
Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Dari radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Agama seluruhnya adalah nasihat.” Maka kami bertanya, “Untuk siapa wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab, “Yaitu untuk Allah, untuk Kitab-Nya, untuk Rasul-Nya, untuk para pemimpin kaum muslimin, dan untuk rakyatnya.” (HR. Muslim [55]).

Soo.. mari kita berburu nasehat dan saling menasehati...

"Kawan, beri aku satu nasehat ??"

Manusia Biasa...


Hentikan..
Cukup.. aku tidak ingin dipuji..
Aku tidak butuh pujian..
Aku muak dengan semua persepsi orang yang berlebihan..

Jangan..
Jangan kau percayai semua yang tampak oleh matamu..
Jangan kau yakini semua yang kau dengar ditelingamu..
Karena semuanya.. mungkin hanya kamuflase..
Tipu daya syaithan..

Aku mohon..
Berhenti menilai diri ini ‘lebih’..
Berhenti menilai diri ini ‘sejati’..
Karena diri ini hanya jasad yang tak berarti..
Akan mati
Lenyap oleh waktu yang kan terhenti..

Sudah.. cukup.. segala pujian itu..
Karena sesungguhnya diri ini sangat hina..
Penuh aib yang tak bertepi..
Menutupi kehinaan diri dibalik hijab yang tampak berharga..
Menutupi kerapuhan jiwa dibalik hijab yang tampak mulia..

Hentikan..
Aku mohon..
Karena semua kan hancurkan keikhlasan..
Karena semua kan lenyapkan ketulusan..
Karena semua kan lahirkan ujub dan kesombongan..
Karena bukan itu yang aku butuhkan..
Bukan itu yang aku inginkan..

Aku hanya ingin menjadi biasa..
Aku hanya ingin apa adanya..
Hanya ingin kesederhanaan..

Bisakah mereka melihatku demikian..?
Karena Allah yang berhak menilai.. bukan aku.. bukan pula dirimu..
Karena aku hanya ingin mulia dihadapanNya..
Dihadapan RasulNya..

Aku hanya berusaha menjadi hambaNya yang setia..
Ditengah dunia yang menggoda..
Ditengah keluarga yang tercinta..
Ditengah fitnah yang bertubi-tubi menghantam pertahananku yang terus goyah.. bahkan berkali-kali rubuh..
Namun, dengan sisa-sisa keimanan yang mungkin masih tersisa..
Berusaha untuk bengkit lagi..
Berdiri lagi..

Aku hanya manusia biasa.. terlalu biasa..
Aku tak pantas menerima semua itu..
Karena hanya Dia.. untuk Dia..
Semua pujian itu tertuju..

Aku hanya manusia biasa.. terlalu biasa..
Sama denganmu..
Mencoba untuk menjadi pelita…
Mencoba untuk menjadi mutiara dihadapanNya..
(subuh, 1 okt 09..)



“sesungguhnya Allah tidak melihat pada tubuh-tubuhmu tidak pula rupamu. Akan tetapi melihat kepada hati-hati dan amalan-amalan kalian” (HR. MUSLIM)

-Lemah-


Hanya ingin menulis..
Apa yang aku tahu..
apa yang kamu tahu..
Bahwa Allah Maha Tahu…
Apa yang aku butuh..
Apa yang kamu butuh..

Bahwa hidup memang tidak mudah..
penuh cobaan dan ujian ditengah keberhasilan ...
penuh onak dan duri ditengah taman berbunga kehidupan…
penuh luka dan air mata ditengah gelak tawa kebahagiaan..


Yah..
Allah Maha Tahu..
Karena itu Allah memberi semua itu…
Bukan.. bukan tanpa alasan.. bukan tanpa tujuan..
Tujuan yang mengabur ditengah keluhan yang terucap..
Tujuan yang terlanjur lebur karena keputusasan..
Tujuan yang sering kita sadari diakhir atau bahkan tidak akan pernah kita pahami..
Baru setelah itu kita bisa menerima, mengerti, memahami, dan mungkin bersyukur atasnya..atau bahkan tidak sedikit yang futur..

Allah Maha Tahu..
Bahwa kita sangat lemah..
Rapuh dengan sedikit musibah..
Lalai dengan sedikit nikmat..
Karena itu, Allah memberi semua itu..

Walau begitu..
Dasar manusia tetap saja sombong..
Tidak sadarkah bahwa dia hanya seonggok tanah..
Yang dengan izinNya.. seketika menjadi manusia..
Dipuja..
Dieluh-eluhkan..
Ditengah manusia…
sedang Allah memandang rendah dirinya…

“Sungguh Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya dan Kami kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya. Kecuali orang-orang beriman dan mengerjakan kebaikan maka mereka akan mendapatkan pahala yang tidak ada putus-putusnya”


Allah Maha tahu..
Karena itu, Allah memberi semua itu..
Untuk mengikis kesombongan dan ujub hati…
Agar mata kita terbuka..
Bahwa kita butuh Dia..
Hanya Dia..

Tidak yang lain.. cukup..
Cukup denganNya..

Oh, alangkah indahnya hidup ini jika sglanya karena Allah..
Dalam sakit dan musibah teruji kesabaran..
Dalam ibadah dan perjuangan teruji keikhlasan..
Dalam ukhuwah teruji ketulusan..
Dalam taqwa teruji keyakinan..

Namun, semuanya tidak mudah..
Karena semua butuh perjuangan..
Karena semua butuh latihan..
Karena JannahNya tidaklah murah..

Kehidupan ini tarbiyah sesungguhnya..
Menguji setiap kata yg kita sampaikan dlm majelis..
Menguji keyakinan dihati..
Menguji apa yang slama ini kita tuntut dan ajarkan..
Karena ‘ilmu menuntut pengamalan..
Karena semuanya akan dipertanyakan..

“Apakah manusia mengira, dia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertangungjawaban)?”

Allah Maha Tahu..
Apa yang aku butuh..
Apa yang kamu butuh..
Karena itu, Allah memberi semua itu..
Agar sadar kita masih hidup..
Bahwa pejuangan masih panjang atau mungkin sebentar lagi.. sangat sebentar..
Menuju suatu kepastian..
Meninggalkan kefanaan..
Pada keabadian..

Bumi Allah, 1 Okt 09
@ Kostan 1.30..